Friday, August 26, 2011

Kenapa Kita Punya Pemerintah Yang Korup? (Kenapa Ada Korupsi?)

oleh Juan Mahaganti pada 21 April 2011 jam 18:23
Anatomi Permasalahan
Untuk terjadinya korupsi, kita membutuhkan 3 komponen: Pelaku, Motif, Kesempatan,
Pelaku: Dalam tulisan ini, saya akan menyelidiki pelaku korupsi bernama pemerintah. Tentu saja bukan hanya pemerintah yang melakukan korupsi, bahkan kita adalah pelaku korupsi. Tetapi perhatikan bahwa kalau kita umpamakan masyarakat itu sebagai tubuh, maka korupsi adalah penyakit. Dan penyakit yang paling parah, merusak, dan menghancurkan tubuh masyarakat ini adalah korupsi yang dilakukan pemerintah. Korupsi oleh pemerintah menghasilkan pelanggaran hukum, dan pada keadaan yang paling parah menghasilkan pelanggaran hak asasi manusia. Pembunuhan, fitnah, pemenjaraan, penghapusan kebebasan berbicara dan politik, tipu muslihat, pemalsuan, penyalahgunaan kekuasaan, semuanya menjadi halal dalam masyarakat yang menjadi rusak karena korupsi yang dilakukan pemerintah.
Motif: Kenapa pemerintah menjadi korup? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menjawab pertanyaan yang akan membantu menjawab pertanyaan sebelumnya. Kenapa ada pemerintah? Saya bukanlah orang yang anti keberadaan pemerintah. Saya percaya apa yang dikatakan Hobbes bahwa tanpa pemerintah, hidup masyarakat akan miskin, kotor, brutal, dan singkat. Bahkan dalam Alquran dan Alkitab kita lihat banyak ayat yang menyatakan bahwa kita membutuhkan pemerintah. Kenapa kita membutuhkan pemerintah? Dalam kelas “Entrepreneurship” saya, pada bagian “Bagaimana Membuat Bisnis Anda Legal” saya selalu memulai dengan pertanyaan “kenapa kita perlu mendaftarkan bisnis kita sesuai peraturan pemerintah?” Jawabannya adalah karena kita memerlukan bantuan pemerintah. Pemerintah adalah agen ketiga dalam bidang perlindungan. Kita hidup dalam dunia yang penuh kejahatan, dan setiap orang dari kita bisa menjadi korban ketidakadilan. Ketika saya membuka sebuah usaha, dan saya menjadi sukses, mungkin ada seseorang yang cemburu dengan keberhasilan saya. Orang yang cemburu ini datang ketempat usaha saya dan menendang saya keluar dari kantor saya dan menyatakan bahwa mulai sekarang dia adalah pemilik bisnis yang saya bangun. Cara saya untuk mencegah ketidakadilan dan kejahatan ini adalah saya dapat masuk kembali kekantor saya, mencari orang ini, saya cekik dia dan beri dia pelajaran yang pantas dengan kekuatan fisik saya. Tetapi apa yang terjadi jika, si pembuat kejahatan ini lebih kuat secara fisik dari saya? Bukannya saya memberi dia pelajaran, dia yang mencekik saya dan menendang saya untuk kedua kalinya keluar dari kantor saya sendiri. Cara kedua yang bisa saya lakukan adalah, saya pergi ke sekelompok orang yang berjanji untuk menegakan kebenaran dan keadilan, dan yang mana kelompok ini haruslah punya kekuatan fisik. Kelompok ini bernama pemerintah. Saya genggam telpon saya, saya hubungi polisi setempat dan mereka akan datang membantu saya menegakan keadilan. Tetapi harus diingat bahwa, kelompok bernama pemerintah ini membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya menegakan kebenaran dan keadilan. Sehingga, ketika saya mendapatkan keuntungan dari usaha saya, saya jangan lupa menyisihkan sebagian keuntungan itu untuk diberikan kepada pemerintah agar kegiatan mereka dalam membela kebenaran dan keadilan tetap berjalan. Uang yang saya sisihkan tersebut saya sebut sebagai PAJAK. Jadi, pajak bukanlah hal yang jahat. Dan, saya juga perlu meyakinkan pemerintah bahwa sayalah pemilik sah bisnis tersebut, untuk itu, saya harus mendaftarkannya kepada pemerintah, inilah yang disebut sebagai proses membuat bisnis saya menjadi legal, mendaftarkannya secara hukum yang berlaku. Permasalahannya adalah, ketika pemerintah yang seharusnya membela kebenaran dan membasmi kejahatan, malah berubah menjadi alat kejahatan tersebut? Bukannya melindungi saya dari kejahatan, mereka malah menjadi alat kejahatan. Apa motifnya? Motifnya sederhana: KARENA PEMERINTAH JUGA MANUSIA. Ada tiga sifat manusia yang saya ingin bahas disini. Pertama, manusia adalah makhluk yang bisa salah. Pemerintah juga adalah manusia, mereka bisa khilaf. Sifat kedua, manusia itu adalah makhluk yang mementingkan dirinya. Tidak apa-apa jika anda berkata bahwa manusia itu seharusnya mementingkan orang lain, tetapi tanyakan pada diri anda sendiri. Ok. Kita punya pengecualian seperti bunda Teresa, tetapi kecenderungan umum manusia tidak seperti itu. Kita tahu bahwa prinsip keadilan ada dalam diri kita, tetapi jika kita jujur dalam diri kita, jika ada transaksi yang menguntungkan diri kita, kita akan ambil itu, dan kalau ada yang merugikan kita, kita tinggalkan, karena memang kita menyayangi diri kita sendiri. Menyayangi diri anda bukanlah hal yang jahat. Ketika anda menyayangi diri sendiri dan membenci orang lain, itu yang jahat. Bukankah kita menyayangi orang lain karena orang itu menyayangi diri kita? Dan membenci orang yang membenci diri kita? Kita membenci orang yang membenci kita dan menyayangi orang yang menyayangi diri kita, karena pada dasarnya: KITA MENYAYANGI DIRI KITA SENDIRI. Dan kalau ada orang yang mau menyangkal kenyataan ini, dia itu memang orang yang tidak peduli, atau munafik. Sifat ketiga adalah, setiap manusia mencari hal yang menyenangkan dirinya. Kita berusaha mencari sesuatu yang lebih mudah untuk menyenangkan diri kita sendiri. Yang adalah hal yang positif kalau dicapai dengan cara yang positif. Contoh, saya tidak suka mencuci, karena saya malas mencuci, dan bagi saya mencuci adalah hal yang tidak menyenangkan. Saya lebih suka menulis dari pada mencuci. Saya malas. Jadi yang saya lakukan adalah, saya berusaha melakukan yang saya sukai, jika itu menguntungkan orang lain, saya dibayar, dan uang tersebut akan saya pakai untuk membeli mesin cuci, atau membayar orang lain yang suka mencuci, untuk melakukannya untuk saya. Jika saya disuruh kerja memindahkan beras 10 kilogram, dan diberi waktu 8 jam, saya akan melakukan pekerjaan ini, dan jika saya bisa melakukannya dalam 1 jam, sisa 7 jam akan saya lakukan untuk mengerjakan hal lain yang menyenangkan diri saya. Jika saya ingin tidur, saya tidur. Jika saya ingin kerja lagi, saya kerja lagi, jika kerja tersebut menghibur saya. Dengan kata lain, saya akan berusaha mencari hal yang membuat kesenangan saya mencapai titik tertinggi, karena saya manusia. Jadi manusia itu rasional dan berusaha mencari cara termudah untuk melakukan sesuatu. Sifat ini adalah alamiah dan positif. Karena sifat ini, manusia mampu menciptakan mesin cuci, mobil, deterjen, mesin printer elektronik untuk menggantikan mesin ketik, dan mesin ketik untuk menggantikan pena. Tetapi sifat ini bisa menjadi negative, ketika kita ingin memuaskannya dengan cara negative seperti memaksa orang lain untuk melakukannya hal yang tidak kita sukai. Pemaksaan adalah kejahatan.
Pemerintah, seperti yang saya katakan tadi, juga adalah manusia. Mereka punya tiga sifat diatas tersebut. Mereka adalah makhluk yang bisa salah, mereka juga mementingkan diri mereka sendiri, dan mereka juga mencari cara yang mudah untuk mencapai sesuatu. Ketika mereka diberikan kekuasaan berlebihan, mereka akan melaksanakan sifat “alamiah” mereka ini. Mereka bisa salah, mereka akan egois, dan mencari cara termudah. Jadi inilah motif terjadinya korupsi. Contohnya, seorang pejabat pemerintah, diberikan tanggung jawab untuk menyalurkan uang bantuan bagi orang miskin. Jangan lupa, mereka egois. Jika dia punya kesempatan untuk mengambil sebagian uang bantuan ini, mereka akan lakukan, karena dia lebih peduli terhadap dirinya, dan keluargannya, dari pada orang miskin yang akan dia bantu, dan hal itu alamiah. Jika dia punya kesempatan untuk membagikan dengan cara segampang mungkin, dia akan lakukan, karena seperti yang saya katakan sebelumnya, manusia itu mencari cara tergampang. Dia tidak akan mau bersusah payah membagikan uang ini bagi orang miskin, selama itu tidak mendatangkan keuntungan baginya. Dan ini alamiah. Manusia itu egois dan rasional. Dia tidak akan berusaha sekuat tenaga mengerjakan sesuatu yang tidak menguntungkan dirinya. Demikian halnya dengan pemerintah. Jadi inilah motif kenapa ada korupsi, karena sifat “alamiah” kita.
Kesempatan: Dalam analisa saya diatas, saya utarakan sifat alami manusia, tetapi saya selalu menulis kata “alamiah” dalam tanda kutip. Karena, dalam iman agama saya, sifat “alamiah” ini muncul dari kecenderungan hati manusia akan dosa, tetapi saya percaya dalam iman, bahwa sifat asli manusia adalah baik, tetapi kita hidup dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa, sehingga kita bahkan “lahir” dalam dunia yang penuh kecenderungan dosa. Dalam agama saya, cara untuk mencegahnya, adalah mengalihkan pikiran kita pada kasih Tuhan yang luar biasa besarnya. Cara berikut untuk mencegah kecenderungan ini (yang bisa anda praktekan bila anda tidak seiman dengan saya) adalah dengan tidak membawa diri kita atau orang lain) “kedalam pencobaan.” Sumber utama munculnya korupsi dalam pemerintah adalah karena mereka punya kesempatan.
Bagaimana mereka memperoleh kesempatan ini? Mari kita lihat bagaimana pemerintah bekerja. Seperti yang saya utarakan diatas, fungsi utama pemerintah adalah memberikan perlindungan. Tetapi dalam usaha memberikan perlindungan, pemerintah memerlukan dana, dan dari situlah mereka punya hak untuk menagih pajak. Tetapi, ada sebagian anggota masyarakat yang punya maksud baik yang merasa bahwa peran pemerintah tidak cukup hanya untuk memberika perlindungan. Mereka melihat bahwa ada orang yang lapar, dan ada yang kurang terdidik, juga mereka melihat harga minyak tanah terlalu mahal, harga beras terlalu mahal, harga tiket kereta api terlalu mahal, harga listrik terlalu mahal, harga ini dan itu terlalu mahal. Bagi mereka segalanya terlalu mahal sehingga mereka mengambil kesimpulan bahwa pemerintah harus menjaganya agar tidak mahal. Mereka lupa bahwa dalam perdagangan, tidak ada pemaksaan. Setiap orang diuntungkan, karena jika tidak semua pihak diuntungkan, maka tidak akan ada perdagangan. Perdagangan terjadi, karena baik pihak pembeli maupun penjual merasa diuntungkan sehingga mereka berdua sepakat. Tidak ada pemaksaan dalam hal ini. Tetapi bagi mereka, ini dan itu, segalanya terlalu mahal. Jadi mereka mengambil kesimpulan, tugas pemerintah tidak hanya cukup untuk melindungi. Mereka mau agar pemerintah memberi subsidi, memberikan potongan harga bagi barang-barang yang terlalu mahal ini. Tetapi apakah mereka lupa, bahwa beras, minyak tanah, listrik, dan kereta api, tidak tercipta dengan sendirinya. Beras dan minyak tanah tidak jatuh dari langit. Dalam system yang berkeadilan, ada 2 cara untuk membuat beras masuk keperut dan minyak tanah masuk ke kompor. Cara pertama adalah anda menanam sendiri beras anda dan menggali sendiri minyak bumi anda. Atau cara kedua adalah, anda bekerja dengan keras memberikan pelayanan bagi orang lain, atau menciptakan sesuatu yang punya nilai untuk bisa dihargai orang lain sehingga terjual. Uang yang anda dapatkan, anda bawa ke warung. Anda beli beras sesuai kemampuan anda, dari hasil keringat kerja halal yang anda dapatkan. Hasil kerja anda, anda dapatkan dengan cara yang damai, anda pergi ke warung dengan cara yang damai. Anda capai kesepakatan harga dengan pemilik warung juga dengan cara yang damai. Tidak ada pemaksaan, jika ada pemaksaan, kita sebut itu sebagai PENCURIAN. Tetapi apa yang terjadi? Sekelompok “orang baik” dalam masyarakat melihat bahwa system yang damai ini sebagai hal yang tidak terpuji, sehingga mereka menuntut pemerintah untuk melakukan cara ketiga: pemerintah menyediakan barang-barang ini dengan harga murah, dan kalau bisa gratis. Tetapi beras dan minyak tanah tidak jatuh dari langit dan muncul dari dalam tanah dengan sendirinya!!! Orang yang percaya hal ini adalah orang GILA!!! Jadi, apa yang harus pemerintah lakukan? Dulu, pemerintah mengambil pajak hanya untuk membiayai usaha untuk melindungi warga Negara. Tetapi sekarang, mereka perlu uang lebih, karena mereka harus membeli beras dan minyak tanah, jadi mereka harus menagih pajak lebih. Sekarang bandingkan, ketika saya membeli bekerja dan memperoleh uang, dan setelah itu saya membelanjakan uang ini untuk membeli beras, proses ini saya lakukan tanpa pemaksaan. Tetapi ketika pemerintah sekarang meminta pajak lebih, mereka melakukannya dengan pemaksaan. Apa yang terjadi, jika saya merasa bahwa beras tidak seharusnya diberikan secara gratis, dan tidak mau membayar pajak? Saya tidak punya pilihan, kalau saya tidak mau membayar pajak, saya akan dipenjara, atau tidak boleh keluar negeri, atau tidak boleh membuka usaha, dan berbagai cara pemaksaan lainnya. Cara pertama, lewat perdagangan, berlangsung secara damai, tetapi cara kedua berlangsung dengan cara kekerasan dan pemaksaan. Ketika sebagian orang lain memperoleh beras secara gratis, tentu saja semua orang merasa senang, termasuk saya. Saya tidak perlu berusaha keras untuk memperoleh beras, sehingga saya sekarang tidak perlu bekerja banting tulang untuk membeli beras. Tetapi muncul masalah. Kalau saya tidak kerja, dari mana pemerintah memperoleh pajak untuk membeli beras? Hasilnya adalah; exploitasi kemalasan. Semua orang menjadi malas dan lupa akan hukum utama alam: kita tidak bisa memberi, kalau kita tidak punya. Dan kalau semua orang menjadi malas, tidak ada yang dihasilkan, dan kalau tidak ada yang dihasilkan, tidak ada yang akan dibagi.
Dan, Apa yang terjadi ketika pemerintah memperoleh uang pajak? Kita harus ingat, bahwa pemerintah disini adalah pihak penengah. Mereka MENGAMBIL UANG ORANG LAIN, UNTUK DIBERIKAN PADA ORANG LAIN. Dan sebagai makhluk yang egois, mereka akan berkata: “hey!!! Saya mengambil uang anda, untuk diberikan kepada si dia. Lalu untuk saya apa?” Karena pemerintah adalah yang bekerja untuk orang lain, dengan uang orang lain, jangan pernah berharap bahwa dia akan bekerja sebaik DIA MENGELOLA UANGNYA, UNTUK KEPENTINGAN DIRINYA SENDIRI. Pemerintah juga egois dan ingin senang, sebagaimana saya dan anda. Jangan pernah bermimpi bahwa mereka adalah malaikat. Jadi mereka tidak akan bekerja seratus persen sesuai kemampuannya. Kalau ada waktu santai, yah, mereka akan santai, namanya juga kerja untuk uang orang lain. Dan (ini point utamanya), kalau uang itu bisa saya sisipkan sebagian dikantong saya, kenapa tidak saya lakukan. Dan jangan lupa, ini hanya uang untuk beras, ada juga pajak untuk minyak tanah, untuk listrik, untuk kereta api, untuk ini dan itu, yang maunya rakyat harus gratis dan murah. LEBIH BANYAK UANG YANG KITA PERCAYAKAN UNTUK MEREKA, LEBIH BANYAK UANG YANG AKAN KITA SIA-SIAKAN UNTUK MEREKA HAMBUR-HAMBURKAN SECARA TIDAK EFFISIEN DAN TIDAK BERGUNA, DAN SEMAKIN BESAR GODAAN MEREKA UNTUK MELAKUKAN KORUPSI. Kita membawa mereka kedalam pencobaan.
Apakah pajak di Negara kita besar? Yah, sudah besar, dan berlebihan. Sehingga uang yang kita boroskan untuk pemerintah habiskan secara tidak berguna juga lebih besar. Dan, jangan lupa, pemerintah mengendalikan listrik, kereta api, saluran air minum, pelayaran, distribusi minyak, dan begitu banyak perusahaan lainnya, yang oleh hukum, kita warga biasa, tidak diperkenankan untuk bersaing. Saya tidak bisa membuka perusahaan penyedia listrik, saya tidak diijinkan membuka perusahaan saluran telepon. Jadi ketika tidak ada persaingan, pemerintah santai-santai saja dalam bekerja, dan hasilnya, mereka menjalankan bisnis ini secara serampangan dan tidak efektif. Kemana uang hasil operasi perusahaan ini pergi? Menurut undang-undang dasar, uang ini dipergunakan untuk “sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Tetapi ingat, pemerintah adalah makhluk egois, sebagaimana saya dan anda. Ketika disuruh pilih antara kemakmuran rakyat, dan kemakmuran dirinya, hanya orang yang sangat suci yang akan 100% mengutamakan kepentingan rakyat (dan anda akan sangat sulit menemukan orang yang sangat suci). Hanya seorang malaikat dari surga yang mau. Kita jangan munafik, kalau kita diposisi mereka, kita akan melakukan hal yang sama. Mereka manusia sebagaimana saya dan anda. Siapa yang harus disalahkan? Kita para rakyat, karena kita membawa para aparat pemerintah ini kedalam pencobaan. Kita memberikan terlalu banyak kekuasaan untuk mereka, sehingga mereka berada pada posisi yang selalu tergoda. Tergoda dari hari lepas hari. Kita memberi mereka KESEMPATAN!!!
ANATOMI SOLUSI (PEMECAHAN MASALAH)
Korupsi muncul karena ada motif (sifat dasar manusia) dan kesempatan (uang yang terlalu banyak kita berikan kepada pemerintah untuk dihabiskan secara tidak bertanggung jawab). Apa yang harus kita lakukan sebagai warga Negara yang baik untuk memecahkan masalah ini? Berita buruknya: Negara kita sudah terlalu rusak oleh korupsi. Berita baiknya: kita bisa memecahkan masalah ini jika kita bersatu dan punya itikad baik. Bukan hanya bagi Negara ini. Singkirkan sentiment emosional bodoh mengenai nasionalisme dan kepedulian semu lainnya. Kita harus berbuat bagi keberlangsungan system pemerintah yang baik. Kita melakukannya demi masa depan yang baik. Demi anak-cucu kita. Kita akan dinilai oleh para anak cucu kita, atas apa yang kita lakukan hari ini. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang memikirkan akan hari esok. Kita tidak mau anak cucu kita hidup dalam dunia penuh kebohongan, pemalsuan, tipu muslihat, dan politik busuk, seperti dunia yang kita tinggali sekarang ini. Korupsi adalah sumber kebohongan, dan segala kejahatan ini. Korupsi membuat yang benar menjadi salah dan salah menjadi benar. Apakah ada ingin anak cucu anda hidup didunia seperti ini. Kita tidak boleh berdiam diri dan pasrah. Saya sering memberi contoh bagi teman-teman saya yang pasrah dan pesimis: “ada seorang wanita sedang diperkosa, anda bisa membantu tetapi anda menolak. Sekarang apa bedanya antara anda dan si pemerkosa? Tidak ada.” Anda menjadi orang yang sama jahatnya dengan pemerkosa. Jika kita pesimis dan tidak mau berbuat sesuatu untuk mengatasi korupsi, apa bedanya kita dengan koruptor? Bagi anda para koruptor. Sebagian dari anda melakukan hal kotor ini, memang demi anak-anak anda. Tetapi apakah anda ingin agar anak anda hidup dalam kekotoran yang anda jalani sekarang? Dimana nilai moral anda. Sebagaimana saya katakan bahwa kita punya sifat dasar yang egois dan malas, tetapi saya percaya bahwa Tuhan memberi kita kemampuan moral untuk membedakan apa yang baik dan jahat. Jika anda merasa bahwa anda telah berbuat salah, anda mengambil satu langkah lebih dekat kepada pertobatan.
Tetapi mari kita kembali ke kabar baik diatas. Segalanya bisa berubah. Yang dibutuhkan adalah keinginan dan perbuatan. Mari kita berbuat dengan melakukan hal-hal kecil dibawah ini:
  1. Bekerja lebih keras. Jangan pernah berharap bantuan pemerintah. Setiap kali anda berkata “pemerintah harus membantu saya”, “pemerintah harus memberi subsidi”, “pemerintah harus membiayai ini dan itu”, anda memberi ruang yang lebih besar untuk korupsi. Anda membawa aparat pemerintah kedalam pencobaan. Lebih parah lagi, anda melakukan satu kejahatan, karena anda memberi alasan pemerintah untuk mengambil lebih banyak dari orang lain, anda melegitimasi perampokan secara sah oleh pemerintah.
  2. Berpartisipasi dalam pemilihan umum, dan gunakan hak pilih anda dengan benar dan bermoral, dengan menjunjung tinggi keadilan dan kesejahteraan. Jangan pernah memilih calon yang menawarkan surga dunia. Jika anda mendengar bahwa sang kandidat (gubernur, atau bupati, atau DPR, DPRD) menjanjikan kesehatan gratis, pendidikan gratis, ini dan itu gratis, sadarilah bahwa tidak ada yang gratis, dan sang calon adalah seorang penipu. Tidak ada yang gratis didunia ini. Hal yang gratis itu hanya didapatkan dari pemberian secara sukarela atau dari penjarahan dan pencurian. Saya pernah berbincang dengan seorang sopir taksi tentang kandidat pemilihan umum. Sang sopir berkata bahwa dia akan memilih salah satu calon, karena sang calon dengan senang hati memberi kepada rakyat. Saya jawab: “Hey!!! Uang itu asalnya dari anda, dan uang itu seharusnya milik anda.” Sang calon tidak berbuat baik dengan memberi uang secara Cuma-Cuma. Malah dia sedang melakukan penipuan karena dia ingin anda beranggapan itu uang miliknya pribadi. Dan kalaupun itu uangnya pribadi, jangan memilih karena uang. Orang yang mencalonkan diri dengan mengandalkan uang, pasti mengharapkan uangnya kembali. Lagipulan, pemilihan umum menentukan nasib anda selama lima tahun, dan anda menggadaikannya dengan Rp. 100.000. Pelacur saja menggadaikan harga dirinya untuk semalam, lebih mahal dari itu. Dan anda menjual diri anda selama lima tahun!!! APAKAH ANDA LEBIH HINA DARI PELACUR??!!
  3. Jangan patah semangat dan tidak peduli. Banyak orang berkata bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa, jadi mereka terima saja uang sang koruptor dan hidup untuk urusan mereka masing-masing. Tetapi saudara saya peringatkan, bahwa setiap keputusan anda dalam kotak suara memberi perubahan. Tidak ada yang lebih menyenangkan para orang jahat (koruptor) melebihi rakyat yang patah semangat. Mereka bisa digerakan semaunya seperti boneka. Jangan hilangkan semangat, karena tidak ada yang melebihi kekuatan rakyat yang bersatu dengan akal sehat. Jangan memutuskan untuk tidak peduli, karena seperti kata Socrates, ketidak pedulian adalah akar kejahatan. Dan ketika kita tidak peduli, kejahatan berkembang lebih besar, dan kita juga dihadapan TUHAN, dianggap bertanggung jawab atas ketidak pedulian kita.
  4. Pilih secara rasional. Pilihlah partai dan calon pemimpin yang tidak menawarkan angin surga. Pilihlah yang menawarkan dunia nyata, bukannya surga semu, surga yang fana, yang bukannya menciptakan surga tetapi malah menciptakan neraka di atas bumi.

No comments: