Wednesday, November 28, 2012

Oligarki dan Kekayaan



Salah satu alasan utama saya mendukung aliran ekonomi kapitalis adalah karena sistem ini memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siapa saja untuk menjadi yang terbaik dan mengembangkan dirinya. Tetapi tuduhan nyasar sering kali dialamatkan kepada sistem ini yang katanya hanya menciptakan yang kaya semakin kaya. Tetapi mari kita lihat dari daftar para pengubah 7 orang besar dunia bisnis dan orang terkaya didunia dibawah ini:
1. Bill Gates
2. Warren Buffet
3. Carlos Helu
4. Steve Jobs
5. Amancio Ortega
6. Larry Ellison
7. Li Kashing
Ada satu hal yang mirip dari mereka, semuanya bukan anak jutawan dan naik kepentas bisnis dunia dengan kerja keras. Mereka adalah anak guru, pekerja stasiun kereta api, pengacara, dan bahkan dua diantaranya adalah anak diluar nikah. Mereka memulai usaha dengan awal yang sangat sederhana. Dari garasi, kantor rumahan, dan lainya. 

Nah, sekarang bandingkan dengan daftar 6 orang besar bisnis negeri ini:
1. R. Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono (anak dari Oei Wie Gwan, pendiri Djarum)
2. Susilo Wonowidjojo (anak dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam)
3. Anthoni Salim (Anaknya Liem Sioe Liong, ngga perlu dipertanyakan lagi)
4. Putera Sampoerna (generasi ke tiga keluarga Sampoerna)
5. Aburizal Bakrie (dari Keluarga saudagar Bakrie)
6. Jusuf Kalla (Kalla group)
Apa kesamaan mereka? Tentu saja mereka semua pekerja keras dan orang-orang ulet. Tetapi satu hal yang pasti adalah mereka penerus dinasti perusahaan keluarga. Tentu saja ada nama lain seperti Sukanto Tanoto, Eka Widjaja, dan Peter Sondakh yang adalah jutawan generasi pertama. Tetapi kebanyakan dari mereka sudah sangat tua dan bisa digolongkan sebagai yang tidak aktif dan menunggu mewariskan ke generasi kedua, dan kebanyakan usaha mereka adalah yang bergerak di industri primer, yang berhubungan langsung dengan sumber daya alam seperti kelapa sawit, batu bara, biji besi, dan bubur kertas. Kita tidak punya banyak orang super kaya yang memulai dari nol, dan membangun usaha dari awal serta menciptakan terobosan baru dalam dunia usaha.

Yang ingin saya sampaikan dari blog ini adalah bahwa fakta diatas sangat mencerminkan apa yang dilaporkan oleh Harvard Kennedy School of Government, dalam laporannya yang diliris pada Semptember, 2010. Bahwa Indonesia punya begitu banyak peraturan-peraturan pemerintah yang membuat industri kecil yang sebenarnya bisa kreatif dan lebih lincah bersaing, menjadi mandek dan tidak bisa berkembang. Sehingga hanya yang sudah diataslah yang bisa mendominasi permainan bisnis. 

Yang harus dilakukan pemerintah adalah membatasi jumlah regulasi yang menyusahkan UKM untuk menjadi besar, dalam hal ini, liberalisasi UKM sehingga mereka bisa bernafas dan berkembang. Dalam hal ini juga, hal diatas mencerminkan hasil laporan tersebut bahwa ekonomi Indonesia kebanyakan berpusat pada eksploitasi sumber daya alam, dan bahkan kita adalah salah satu dari sedikit negara yang lebih banyak mengekspor biji metal, dari pada metal itu sendiri. Lalu dimana Laksmi Mithal-nya Indonesia? Kita akan sulit menemukannya selama negara ini masih menerapkan sistem usaha biaya tinggi yang menyulitkan seseorang untuk memulai dari bawah dan mengembangkan usahanya menjadi lebih besar.

Dan apakah dari fakta-fakta diatas kita bisa simpulkan Indonesia negara kapitalis? Sama sekali tidak. Kapitalisme mengharuskan pemerintah berhenti membuat peraturan yang tidak sewenang-wenang bagi warganya, termasuk bagi pengusaha. Sehingga kita sama sekali bukan kapitalis.

Kapitalisme akan membuat bangsa ini menjadi lebih baik sehingga pendapatan akan meningkat bahkan sampai pada kelompok yang paling bawah, sebagaimana yang kita bisa lihat di banyak negara yang telah mempraktekannya.