Friday, August 26, 2011

Kenapa Jutaan Orang Suka Twilight?

oleh Juan Mahaganti pada 01 Februari 2011 jam 17:40
Segala hal membutuhkan penjelasan, segala hal layak mendapatkan ‘Kenapa?’. Itu kata National Geographic. Kalau orang gila makan batu, ok., pasti karena dia sakit otak. Tetapi apa yang terjadi jika jutaan orang mulai makan batu? Nah, kita perlu penjelasannya. Salah satu rasa penasaran saya terbesar saya, yang nantinya berujung pada obsesi, adalah mencari tahu jawaban dari pertanyaan fundamental ini; Kenapa Twilight bisa menjadi film yang laris, bahkan di Negara barat sekalipun???? Bayangkan, Twilight itu seperti tidak ada bedanya dengan sinetron. Cara bercerita yang bertele-tele… Ok. Tidak perlu diulang-ulang lagi, satu kesimpulan; Twilight adalah film yang tidak bisa saya nikmati dan saya tidak bisa menemukan satupun penikmat film sejati yang bisa menikmati Twilight. Hal tertolol yang pernan saya tonton. Menontonnya di bioskop selama dua jam adalah siksaan yang begitu berat. Tertidur adalah jalan keluar yang menyenangkan, tetapi saya tidak bisa tertidur karena memikirkan uang yang saya sudah keluarkan untuk menontonnya. Jadi selama menonton Twilight, hidup akan tersiksa ketika kita sadar maupun tidak sadar. Bayangkan, siksaan apa yang lebih berat dari itu? Dan saya harus membayar Rp. 25,000!!!! Belum termasuk “biaya kesempatan” yang saya dapatkan. KIRANYA TUHAN MENGAMPUNI DOSA MEREKA YANG MENYIKSA SAYA DENGAN TERPAKSA MENATAP FILM INI SELAMA 2 JAM!!!
PERTANYAAN!!!! Kenapa bisa jadi film terlaris? Itu akan mengkonsumsi waktu dan pikiran saya untuk menjawabnya. Setelah menimbang, mengingat, menelaah, melihat, dan meneliti dengan seksama, saya tiba dengan beberapa penjelasan:
GERAKAN EMANSIPASI SENI, FEMINISME CARA INDUSTRI FILM
Sebagaimana diketahui, wanita adalah penikmat seni yang tidak terlalu serius sedangkan pria adalah makhluk yang suka serius dalam segala hal, berbeda dengan wanita. Karena itu, banyak wanita yang jago tapi tidak terlalu professional, dan pria sebaliknya, banyak yang professional tetapi sedikit yang jago. Contoh dalam urusan memasak. Berapa wanita yang pintar memasak? Hampir semua wanita bisa memasak. Banyak yang memasak dengan luar biasa enaknya, wanita adalah pakarnya memasak. Tetapi berapa wanita yang menjadi Chef? Cedikit cekaleeee!. Pria itu sebaliknya. Berapa pria bisa memasak? Terhitung dengan jari kan? Tetapi hampir semua Chef adalah pria. Ini sudah kodrat agar wanita bisa membantu Pria menangani hal-hal kecil (menjadi sekretaris, atau ibu rumah tangga, dll) agar pria bisa professional dan mengerjakan segala hal dengan serius. Mungkin itu sudah ada dalam hormone, dan software otak kita. Oleh karena itu, jangan heran jika kita menemukan banyak wanita tidak terlalu peduli dengan hal-hal yang sangat serius seperti politik, keadaan Negara, filsafat, dll. Saya tidak katakan semuanya demikian, (saya penikmat Ayn Rand, salah satu filsuf terpintar menurut saya), tetapi itu kecenderungannya. Statistiknya menunjukan demikian, tetapi bukan berarti 100% demikian.
Jadi, wanita itu juga tidak serius dalam menikmati film. Jadi jangan heran jika wanita itu menyukai sinetron dan ibu-ibu adalah pangsa pasar utama sinetron. Kalau mereka lihat cowonya guanteng, ceritanya romantic, walaupun tidak berseni, mereka enjoy-enjoy aja. Mereka tidak peduli, yang penting enjoy aja. Seperti anak-anak pecinta Star Wars, mau ceritanya gimana kek, yang penting seru, tonton aja. Dan lama kelamaan jadi obsesi. Jadi jangan heran kalau demikian juga halnya yang terjadi dengan ni Toilet Saga (eh, Twilight Saga, sory). Twilight mempergunakan seni ini dengan sebaik-baiknya! Mereka menggunakan romantisme yang sangat-sangat disukai wanita. Semakin lebay, semakin baik. Wanita bisa melihat adegan ciuman ratusan kali dan tidak pernah bosan. Mau ciuman, lalu ngga jadi ciuman. Mau ciuman lagi, ngga jadi ciuman lagi, cium, dicuekin, ngga dicium, jual mahal, lagi, lagi, dan lagi, dan wanita bisa melihat adegan ini ribuan kali dan tetap mampu menikmatinya. Dan wanita sangat menyukai romantisme. Beda dengan kita para pria.Wanita sangat peduli dengan romantisme.
Dalam kerajaan binatang, setiap pejantan harus mampu menggoda sang betina, dan betina meikmati “pertunjukan” khas jantan. Coba tonton di Nat Geo, dan lihat tuh para burung-burung. Burung pejantan harus teriak-teriak, lompat-lompat, bulunya terkembang kekiri dan kekanan, jingkrak-jingkrak untuk dapat betina, dan betina menikmatinya dan memilih yang terbaik pada akhirnya. Pejantan yang terbaik mendapatkan “kehormatan” untuk dijadikan pembantunya dalam meneruskan keturunan. Dalam dunia manusia, ini mungkin romantisme itu. Wanita tidak akan mudah memberi segalanya, teapi melalui proses bertele-tele dan panjang yang apda saat ini terselubung dengan istilah romatisme. Wanita sangat suka pengorbanan, sipria yang melakukan apapun. Tetapi tidak semua pria mau melakukannya, dan imajinasi inilah yang coba ditawarkan oleh Toilet, sory, Twilight.
Dalam Tulalit, (ups, salah lagi), Twilight, ada seorang PRIA SEMPURNA, yang MAU MELAKUKAN apapun. Udah sempurna, mau melakukan segalanya lagi. Wuidih wuenaknya. Pria suka kerumitan dan aksi, makanya kita suka Star Trek, Star Wars, Indiana Jones, dll. Tetapi wanita suka pengorbanan, romantisme, dan, COWOK TAMPAN.
Wanita adalah makhluk yang terus terang. Berbeda dengan pria. Saya pernah menonton wawancara Ayn Rand dengan Robert Donahue. Rand berkata bahwa pria itu makhluk munafik. Ketika kita bermain baseball dan lecet, kita tidak akan bilang sakit, tetapi kita hanya smirking, senyum licik. Walaupun kita rasa sakit, kita tidak mau jujur. Berbeda dengan wanita. Mereka berterus terang dan apa adanya (kecuali menyangkut masalah “romantisme” alias “biarkan pejantan jingkrak-jingkrak dulu baru kita jadikan pasangan”). Kalau sakit, mereka bilang sakit, kalu jelek, jelek. Dan kalau Tampan, Tampan. Makanya jangan heran tidak ada pria berkumpul dan bawa bawa spanduk dan poster untuk menyambut selebriti idamannya, walaupun itu Carmen Electra atau siapapun. Kita para pria tidak bisa melakukannya, karena kita memang gengsi dan tidak suka berterus terang. Kita akan berterus terang kalau kita sudah cinta, tetapi ketika kita tidak cinta, kita tidak akan pernah mengakui kecantikan atau ketampanan siapapun. (berbeda dengan wanita, kalau belum cinta mereka ngga tau diri, ngefans-ngefans, bilang guanteng kiri-kanan, tetapi datang pada penjajakannya, eh, maunya romantisme, sipejantan disuruh jingkrak-jingkrak dulu, mana yang lebih munafik?)
Jadi, wanita itu kalau lihat cowok tampan, lututnya ngga tahan mau melompat. Kalau melompatpun tidak cukup, mereka akan penuhi dinding rumah mereka dengan poster-poster pria-pria tidak berguna. Mereka beli majalah, tabloid, foto, dll, untuk si cowo tampan. Nah, itulah yang terjadi dengan fenomena Tulalit (Twilight, red). Cewek suka cowo tampan dan akan mau membeli sesuatu, hanya untuk cowo tampan. Jadi gabungan dua hal ini: Pertama, romantisme lebay, cium, ngga jadi cium, cium, ada yang ganggu, cium, terlpon bunyi, tidur2an dirumput, adegan penyelamatan, dan semua romantisme lebay tidak berguna lainya. Kedua, Pria Tampan. Si Edward Culun (Cullen maksudnya), wuih, sok extra cool buanget. Ngga pernah senyum kecuali untuk Bela). Lalu si Manusia Serigala tuh, (lupa namanya), dibiarkan telanjang dada sepanjang film. Biar semua wanita (mulai dari anak2, remaja, sampe ibu-ibu) pada lebih geregetan. Dibiarkan mereka selama tiga jam ngga pake apa-apa selain sepotong jeans. (Tapi lucunya, setelah mereka transformasi jadi serigala, jeansnya ilang. Transformasi jadi manusia, jeansnya nongol lagi. Hehehe, mungkin untuk menghindari pelanggaran UU Anti Pornografi).
Jadi saudara-saudara, jelaslah bahwa tidak dapat disangkal lagi bahwa Twilight adalah sebuah film yang ditunjukan untuk wanita! Jadi jika ada pria menikmatinya, mungkin dia memang dari sononya penikmat sinetron, atau, memang dia suka menikmati twilight sebagaimana layaknya dia suka menikmati produk khusus wanita yang lain.
Nah, Kembali ke pertanyaan awal; kenapa Twilight bisa laris muanis? Jawabannya adalah: munculnya sebuah industry film dengan target market khusus wanita. Dan jumlahnya sangat besar. Semenjak awal sejarah film, semua film yang kita sebut sebagai “mainstream” alias arus utama, selama ini sebenarnya ditargetkan untuk penggemar film dari gender Pria. Lihat daftar film terlaris dunia semenjak tahun bahuela. Star Wars, Indiana Jones, Jaws, Alien, Terminator, dll, semua franchise ini menargetkan Pria. Karena memang kita sadar atau tidak, industry film adalah industry mahal dan dibutuhkan profesionalisme dan dukungan dana tidak sedikit dan membutuhkan pengembalian dana yang besar untuk bertahan, dan ini semua hanya bisa disokong (selama puluhan tahun) oleh para konsumen pria. Konsumen wanita dibiarkan terlantar dan tidak dipedulikan kemauannya dan dibiarkan saja menikmati Drama Televisi, yang memang industrinya jauh lebih kecil dari idustri film, yang memang dikuasai oleh para pria.
Tetapi apa yang terjadi belakangan ini menunjukan sebaliknya. Wanita adalah pasar baru untuk industry film yang belum digarap dengan serius dan Twilight memanfaatkannya dengan sangat baik. Wanita bangkit dan memulai bagiannya sendiri dalam sejarah film. Twilight ditulis oleh wanita, sutradara pertamanya adalah wanita, dan pasarnya untuk wanita. Dalam istilah marketing, film khusus wanita ini seperti blue ocean, masih tenang dan tanpa saingan, dan disini, uang dari milyaran wanita bisa dipanen. Dan dalam genre baru ini (cerita model sinetron yang dirancang khusus wanita), Twilight belum punya saingan. Dan inilah sumber utama milyaran dolar untuk Twilight.
Seandainya saya punya uang milyaran rupiah,dan mau bikin lebih banyak milyar lainya, saya akan gunakan uang itu untuk membuat sebuah film. Film ini kisahnya tentang seorang wanita tolol dan tidak diinginkan, tetapi nantinya akan jadian dengan pria tampan. Pemeran priannya adalah Justin Beiber, dan untuk menghemat biaya, wanitanya adalah artis yang masih murah, sutradara dan penulis ceritanya Ram dan Shuker Punjabi. Tetapi, saya yakin seyakin yakinya, DENGAN JUSTIN BEIBER SEBAGAI PEMERAN UTAMANYA, WALAUPUN CERITANYA SERAMPANGAN, PASTI LUARIS MUANIS SEPERTI TOILET, EH, TULALIT, mmm, maksudnya TWILIGHT.

4 comments:

Covert Knight said...

gwak..gwakgwak..
I think I wanna laugh when I read this post! Thank you for calling Twilight 'Toilet' and 'Tulalit'. 'Mang bener tulalit, kan?

Saya cuma bocah SMP yang terlalu tomboy ampe gak suka Twilight. Entah kenapa, saya merasa tuh serial bener2 anti-feminis banget. Udah alur cerita acak-acakan, tokoh2 utamanya udah kyk Mary-Sue/Gary-Stu, Bella kayak doormat, lebay, gak seru... aduh! Mimpi buruk setiap feminis.

Personally, saya gak terlalu doyan romance yang berjibun2, klise, lebay, etc. Jadi yah, Twilight benar-benar bukan selera saya. Jujur, saya lebih suka Star Wars (duh, nge-fans berat) dan Underworld. Star Wars rasanya tuh luas banget dan bervariasi (Expanded Universe), sementara Underworld punya heroine (Selene) yang kick-ass dan mandiri. Sementara Twishit? Yang ada cuman si Bella yang lemah, Edward yang terlalu sempurna, trus Jacob yang... beyond irritating. Saya sendiri lebih senang melihat penjahat2nya daripada tokoh2 utamanya.

Consider me unusual and abnormal, but that's how I am. I love gore and sci-fi, plus a little, teeny-tiny piece of romance. Twilight udah berlebihan banget deh, kayaknya. Saya jadi tambah heran. Teman sekolah saya (cowok) suka sama Twilight, dan lebih memilih sampah busuk itu dibandingkan Underworld yang isinya gore & action. Kira-kira kenapa yah? Saya saja yang perempuan benci setengah idup dengan Twilight, masa dia suka?

Unknown said...

Ha..ha. .ngakak baca tulisan ente gan ..aku salah satu cewek yg gak terlalu suka tuilet..he...he..aku juga heran gan kenapa byk cewe suka bgt tu film.. ane penasaran ma bukunya,beli deh yg diskonan,busyet tu buku Segede gaban, n isinya full kyk diary Dr si Bella,waduh ane gak kuat gan, bukan krn tebalnya( secara bukunya Dan Brown, Angel and demon sama davinci code aj ane lahap dlm 3 hari) cm ceritanya tu gan bertele2 n bikin bosenn, ane drop tu buku tuilet, ane sih lbh suka yg film yg thriller, psikologi,gt gan, klw romance ya..gak yg lebay gt lah...ha..ha.

Unknown said...

Ane jg suka underworld gan,Tp yg movie ke 2-3 ceritanya gak sebagus yg 1 yaak ..

Unknown said...

Ha..ha. .ngakak baca tulisan ente gan ..aku salah satu cewek yg gak terlalu suka tuilet..he...he..aku juga heran gan kenapa byk cewe suka bgt tu film.. ane penasaran ma bukunya,beli deh yg diskonan,busyet tu buku Segede gaban, n isinya full kyk diary Dr si Bella,waduh ane gak kuat gan, bukan krn tebalnya( secara bukunya Dan Brown, Angel and demon sama davinci code aj ane lahap dlm 3 hari) cm ceritanya tu gan bertele2 n bikin bosenn, ane drop tu buku tuilet, ane sih lbh suka yg film yg thriller, psikologi,gt gan, klw romance ya..gak yg lebay gt lah...ha..ha.