Ada film bagus, ada film luar biasa. Ada film jelek dan ada juga yang luar biasa menjijikan. Dan “Transformer II: Revenge of the Farlen” adalah Film yang LUAR BIASA MENJIJIKAN SEKALI. Sebenarnya film ini cukup membuat bulu kuduk berdiri saking jeleknya. Tetapi cukuplah sampai membuat bulu kuduk berdiri. Tetapi kenyataan bahwa film ini begitu mahal dan laku keras (dengan Executive Producer Steven Spielberg), sanggup membuatku muntah-muntah. Ditambah dengan durasi yang begitu panjang. Untung saja saya menontonya dalam 1 setengah jam terpisah. Kalau tidak, pasti muntah-muntah (lebay mode).
Jelas bahwa target market film ini adalah orang-orang yang tidak berpikir, orang-orang yang sudah punya KTP tetapi masih sanggup menikmati “Ultraman.” Bahkan Ultraman lebih enak dipandang dari pada film ini. Ultraman adalah film jujur yang berkata “saya untuk anak-anak” dan memang menunjukan film ini untuk anak-anak. Tetapi Transformer II berteriak : “Hai smua penikmat kebodohan, masuklah ke bioskop dan nikmati ketololan ini. Maaf, kami tidak menyediakan hal lain selain perkelahian megah antara begitu banyak kaleng ukuran raksasa, dengan pointless mighty U.S. Army dengan semua teknologinya sebagai pertunjukan pelengkap, tetapi tidak ada gunanya selain menunjukan bahwa film ini bukanlah murni CGI animation, dengan begitu banyak kehancuran untuk memuaskan nafsu kehancuran anda, dan, oh ya, ada Megan Fox yang sexy sebagai pelengkap nafsu seksual anda, dan, oh ya, sang tokoh utama yang adalah seorang anak yang sering dianggap bodoh disekolah, sering disiksa oleh teman-temannya, yang mana, tokoh utama bloon ini sebenarnya melambangkan diri anda, dan menunjukan pada anda bahwa seblo’on apapun dan setolol apapun anda, paling tidak masih ada kemungkinan anda mendapatkan pacar secantik Megan Fox, sambil berlari diantara robot alien yang fasih berbahasa Inggris dengan logat campuran Jamaika dan Brooklyn.”
Dengan cerita yang tidak masuk akal sama sekali, lelucon yang datar dan pointless (pada jaman Spongebob dan Simpson ini??? Please….), adegan sexy untuk menarik penonton pembaca “Playboy” sebagai bahan bacaan sampingan, adegan asmara kelas teri, untuk menarik para wanita, kehancuran tingkat tinggi untuk menarik hasrat terhibur kita akan kehancuran, adegan “menegangkan” (yang sebenarnya tidak menegangkan) meliputi perkelahian antara para robot dan perburuan para robot terhadap tokoh manusia (yang bahkan lebih “tidak mudah mati” dari pada robot).
Dalam dua hal, film ini mirip film India. Pertama, cerita yang terlalu dipaksakan sehingga terkesan tidak masuk akal sama sekali. Ketiga, durasi yang kelamaan tanpa alasan yang jelas. Mungkin terlalu banyak slo-mo tolol… Ok. Inilah intisari absurdity film ini…
1. Para Decepticon menangkap ibu dan ayah Sam untuk dijadikan umpan. Tetapi entah kenapa, tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba saja ayah dan ibu Sam sudah berada di Mesir. Mungkin alasannya agar mereka bisa melakukan adegan ayah-anak yang “mengharukan” (tetapi tidak mengharukan sama sekali, mungkin penggemar sinetron akan merasa terharu), yang mana, adegan ayah anak ini, bagus untuk pasar film keluarga.
2. Shia LeBouf yang terlalu overacting, Megan Fox yang tak lebih hanya “daging” pelengkap. Kenapa danging? Karena fungsinya tidak lain hanya perangsang sensualitas di film ini, tidak heran, ketika memaksa orang-tuanya untuk meninggalkan dirinya bertarung sendiri, Sam tidak membiarkan Megan pergi bersama orang tuanya walaupun keadaan sekitar begitu berbahaya. Kenapa? Agar mereka berdua bisa berlari bersama-sama, ditengah-tengah tembakan para robot tolol yang tidak tahu menembak sasaran yang tepat, sambil bergandengan tangan, dan tubuh Megan Fox tergolak-golek kesana kemari untuk memuaskan nafsu bawah sadar para penonton pria. Tetapi membuat muntah semua penonton yang berpikir (termasuk saya).
3. Ditengah-tengah keadaan darurat, ketika semua kekuatan militer Amerika hendak bertarung, Presiden, Secretary of Defense, Deputy Secretary, Deputy-nya Deputy Secretary, Panglima Militer, Wakil-nya Panglima Militer, Ajudan Panglima, Jendral-nya U.S. Navy, AirForce atau U.S. Army, Ketuanya FBI, NSA, CIA dll tanpa alasan yang jelas, tidak mau ambil bagian dalam perang. Mungkin karena mereka tidak suka diambil gambar adegan film.
4. Sebagaimana film tolol lainnya, ceritanya dibuat semaunya. Ternyata pada jaman dulu sudah ada para decepticon dibumi, dan ada yang masih selamat nun jauh disana. Entah kenapa mereka ngga ngrumpi pada serunya film pertama, ngga usah ditanya. Pokoknya mereka udah ada aja! Titik, habis cerita, mereka ada, dan membangkitkan lagi Megatron, yang tidak di hancurkan menjadi bagian-bagian kecil atau dicincang sampai hancur, tetapi sengaja dibiarkan utuh, agar bisa dibangkitkan lagi pada sekuel selanjutnya. Setelah semua tokoh jahat meninggal, sisakanlah dua atau lebih tokoh jahat lainnya, untuk memastikan akan ada sekuel lainnya. Iiiiiiiirrrghhh!!! Tontonan murahaaaaaan!!!
5. Pemilihan nama yang menarik adalah bagian penting untuk banyak fiksi. Nama antagonis (valiant) haruslah artistik dan punya daya tarik. Bahkan ada beberapa yang tidak punya nama agar lebih menarik (seperti di "The Jackal"). Sauron, Sharuman, Palpatine, Darth Maul, Darth Vader, Dracula, Joker, Penguin, dll. Dan khusus Transformer II, kita lihat antagonisnya bernama : The Fallen......... The Fallen, for goodness sake!!! The Fallen. The Fallen, karena dulu dia pernah Jatuh??? Dan sekarang, dia balas dendam, karena itu judulnya "Revenge of the Fallen"? Dulu sebelum dia jatuh, apa namanya? Kaleng?, atau Raiser? Kalu mengikuti metode penamaan tolol seperti ini, maka Dracula akan bernama Bloodsucker, Palpatine akan bernama Crafty Senator, Lex Luthor akan bernama Bald Millionaire, Emperor Palpatine akan dinamakan Si Buruk Rupa, Hannibal Lecter akan bernama Human Eater, dan Norman Bates akan bernama "Pemilik Motel Cabul Yang Adalah Pembunuh Berdarah Dingin Yang Menderita Kelainan Jiwa". Bayangkan, betapa tolol jadinya film hebat diatas jika mengikuti cara tolol "Transformer II". berarti, Transformer III akan berjudul Rerevenge of the Fallen the Fallen... Wakakakakaka....
Jelas bahwa target market film ini adalah orang-orang yang tidak berpikir, orang-orang yang sudah punya KTP tetapi masih sanggup menikmati “Ultraman.” Bahkan Ultraman lebih enak dipandang dari pada film ini. Ultraman adalah film jujur yang berkata “saya untuk anak-anak” dan memang menunjukan film ini untuk anak-anak. Tetapi Transformer II berteriak : “Hai smua penikmat kebodohan, masuklah ke bioskop dan nikmati ketololan ini. Maaf, kami tidak menyediakan hal lain selain perkelahian megah antara begitu banyak kaleng ukuran raksasa, dengan pointless mighty U.S. Army dengan semua teknologinya sebagai pertunjukan pelengkap, tetapi tidak ada gunanya selain menunjukan bahwa film ini bukanlah murni CGI animation, dengan begitu banyak kehancuran untuk memuaskan nafsu kehancuran anda, dan, oh ya, ada Megan Fox yang sexy sebagai pelengkap nafsu seksual anda, dan, oh ya, sang tokoh utama yang adalah seorang anak yang sering dianggap bodoh disekolah, sering disiksa oleh teman-temannya, yang mana, tokoh utama bloon ini sebenarnya melambangkan diri anda, dan menunjukan pada anda bahwa seblo’on apapun dan setolol apapun anda, paling tidak masih ada kemungkinan anda mendapatkan pacar secantik Megan Fox, sambil berlari diantara robot alien yang fasih berbahasa Inggris dengan logat campuran Jamaika dan Brooklyn.”
Dengan cerita yang tidak masuk akal sama sekali, lelucon yang datar dan pointless (pada jaman Spongebob dan Simpson ini??? Please….), adegan sexy untuk menarik penonton pembaca “Playboy” sebagai bahan bacaan sampingan, adegan asmara kelas teri, untuk menarik para wanita, kehancuran tingkat tinggi untuk menarik hasrat terhibur kita akan kehancuran, adegan “menegangkan” (yang sebenarnya tidak menegangkan) meliputi perkelahian antara para robot dan perburuan para robot terhadap tokoh manusia (yang bahkan lebih “tidak mudah mati” dari pada robot).
Dalam dua hal, film ini mirip film India. Pertama, cerita yang terlalu dipaksakan sehingga terkesan tidak masuk akal sama sekali. Ketiga, durasi yang kelamaan tanpa alasan yang jelas. Mungkin terlalu banyak slo-mo tolol… Ok. Inilah intisari absurdity film ini…
1. Para Decepticon menangkap ibu dan ayah Sam untuk dijadikan umpan. Tetapi entah kenapa, tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba saja ayah dan ibu Sam sudah berada di Mesir. Mungkin alasannya agar mereka bisa melakukan adegan ayah-anak yang “mengharukan” (tetapi tidak mengharukan sama sekali, mungkin penggemar sinetron akan merasa terharu), yang mana, adegan ayah anak ini, bagus untuk pasar film keluarga.
2. Shia LeBouf yang terlalu overacting, Megan Fox yang tak lebih hanya “daging” pelengkap. Kenapa danging? Karena fungsinya tidak lain hanya perangsang sensualitas di film ini, tidak heran, ketika memaksa orang-tuanya untuk meninggalkan dirinya bertarung sendiri, Sam tidak membiarkan Megan pergi bersama orang tuanya walaupun keadaan sekitar begitu berbahaya. Kenapa? Agar mereka berdua bisa berlari bersama-sama, ditengah-tengah tembakan para robot tolol yang tidak tahu menembak sasaran yang tepat, sambil bergandengan tangan, dan tubuh Megan Fox tergolak-golek kesana kemari untuk memuaskan nafsu bawah sadar para penonton pria. Tetapi membuat muntah semua penonton yang berpikir (termasuk saya).
3. Ditengah-tengah keadaan darurat, ketika semua kekuatan militer Amerika hendak bertarung, Presiden, Secretary of Defense, Deputy Secretary, Deputy-nya Deputy Secretary, Panglima Militer, Wakil-nya Panglima Militer, Ajudan Panglima, Jendral-nya U.S. Navy, AirForce atau U.S. Army, Ketuanya FBI, NSA, CIA dll tanpa alasan yang jelas, tidak mau ambil bagian dalam perang. Mungkin karena mereka tidak suka diambil gambar adegan film.
4. Sebagaimana film tolol lainnya, ceritanya dibuat semaunya. Ternyata pada jaman dulu sudah ada para decepticon dibumi, dan ada yang masih selamat nun jauh disana. Entah kenapa mereka ngga ngrumpi pada serunya film pertama, ngga usah ditanya. Pokoknya mereka udah ada aja! Titik, habis cerita, mereka ada, dan membangkitkan lagi Megatron, yang tidak di hancurkan menjadi bagian-bagian kecil atau dicincang sampai hancur, tetapi sengaja dibiarkan utuh, agar bisa dibangkitkan lagi pada sekuel selanjutnya. Setelah semua tokoh jahat meninggal, sisakanlah dua atau lebih tokoh jahat lainnya, untuk memastikan akan ada sekuel lainnya. Iiiiiiiirrrghhh!!! Tontonan murahaaaaaan!!!
5. Pemilihan nama yang menarik adalah bagian penting untuk banyak fiksi. Nama antagonis (valiant) haruslah artistik dan punya daya tarik. Bahkan ada beberapa yang tidak punya nama agar lebih menarik (seperti di "The Jackal"). Sauron, Sharuman, Palpatine, Darth Maul, Darth Vader, Dracula, Joker, Penguin, dll. Dan khusus Transformer II, kita lihat antagonisnya bernama : The Fallen.....
6 comments:
tulisan lu aja ga enak banget di bacannya. pake ngata ngatain karya orang. jijik gua baca tulisan lu .ga nyambung sumpah . so pinter pedahal tolol
Orang gila. Pura2 waras
Subyektif nich orang.
Subyektif nich orang.
Ciri Ciri Orang Idiot... Orang yang Nggak Menerima Bila Film Favoritnya Di Kritik Pedas... Dasar Kontol Mereka...
Keep Up the Good Work... Man.. Teruskan.. Buka Mata Para Pelacur Itu...
Wkwkwkw akhirnya ada yang sepemikiran sama saya, yg bikin muak/geli saya dgn film transformer ini ketidak masuk akalnya kekanak2kan dan aneh. Biarpun fiksi klo buat yg masuk akal dikit napa, masa alien mahkluk hidup bs berpikir layaknya mahkluk organik dari planet lain terbuat dari mekanik besi yg bentuknya kayak robot dari sbuah imajinasi anak2 mahkluk bumi. Bnyk yg aneh dab susah di jelasin dgn akal sehat
Post a Comment