Judul lengkapnya : Tesis terbaru: Hasil Non-cooperative competition terhadap ketidak-setimbangan level kecantikan yang terjadi pada beberapa pasangan di muka bumi.
Jika anda membaca post out halaman facebook saya beberapa hari lalu, anda akan menemukan kutipan dari mantan murid saya, Farlen Tatukude. Kutipan tersebut saya terucap setelah kami berbincang melalui facebook beberapa hari lalu. Percakapan itu muncul setelah Farlen menunjukan salah satu halaman web dimana seorang wanita yang sangat cantik, berdampingan dengan pacarnya yang…. Errrgh, tampan memang, tetapi tidak selayaknya dia berdampingan dengan wanita secantik itu (itu kata lainnya untuk “tidak terlalu tampan”). Pembicaraan berlangsung dengan analisa kami mengenai pertanyaa mengapa banyak pasangan yang tampaknya tidak serasi dalam hal ketampanan dan kecantikan. Nah, disitulah Farlen datang dengan kesimpulan luar biasa, sehingga saya kutip, bahwa “ Prof. Dr. Ir. Farlen Takukude: cwe pasung or cwo pasung biasa dp cw or cwo bisae cz drg nda bacari mar dicari, vice versa.” Kalau kita ingin menggunakan theory permainan (Game Theory) dalam kasus ini, ada empat pemain; Pria Tampan (PRIA TAMPAN), Pria kurang Tampan (PRIA KURANG TAMPAN), Wanita Cantik (WANITA CANTIK), dan Wanita Kurang Cantik (WANITA KURANG CANTIK). Kesimpulan perbincangan saya dan Farlen beberapa hari lalu adalah seperti ini…
PRIA TAMPAN dan PRIA KURANG TAMPAN, membutuhkan WANITA CANTIK dan WANITA KURANG CANTIK, begitu pula sebaliknya. Untuk P mendapatkan W, atau W mendapatkan P, membutuhkan biaya dan pengorbanan. Tetapi, sebagaimana dalam ekonomi, semua pihak akan melakukan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan kepuasan sebesar-besarnya. PRIA TAMPAN dan WANITA CANTIK tentu saja menawarkan kepuasan tertinggi, tetapi juga membutuhkan biaya yang tinggi. Menurut Farlen, PRIA TAMPAN dan WANITA CANTIK, punya daya tawar yang paling tinggi karena dua hal. Pertama, supply-nya rendah, kedua, mereka diberkati karena secara alami mampu memberikan kepuasan tertinggi. Analisa Farlen tentang pertanyaan kenapa banyak PRIA TAMPAN mendapatkan pasangan WANITA KURANG CANTIK, dan PRIA KURANG TAMPAN mendapatkan WANITA CANTIK, adalah karena WANITA CANTIK dan PRIA TAMPAN pada awalnya terlalu percaya diri, sehingga mereka tidak “memburu”. PRIA TAMPAN tidak saling memburu dengan WANITA CANTIK, karena mereka di posisi diam. Tidak saling mengejar. Hal ini berbeda dengan PRIA KURANG TAMPAN dan WANITA KURANG CANTIK, karena menyadari daya tawar mereka rendah, maka mereka berusaha mencari cara agar daya tawar mereka tinggi. Bisa dengan menyediakan kepuasan lebih seperti menjadi kaya, atau dengan berusaha lebih keras dengan melakukan segala cara. Menurut Farlen, karena PRIA TAMPAN dan WANITA CANTIK hanya diam, sehingga nantinya, WANITA CANTIK akan didapatkan oleh PRIA KURANG TAMPAN yang berusaha keras, dan sebaliknya, PRIA TAMPAN akan memperoleh WANITA KURANG CANTIK karena kalah oleh PRIA KURANG TAMPAN.
Tetapi tampaknya dalam dunia nyata, hal ini tidak terjadi, karena buktinya, baik itu PRIA TAMPAN maupun PRIA KURANG TAMPAN, sama-sama memburu WANITA CANTIK (dimana asumsi bahwa PRIA TAMPAN tidak berburu adalah salah, kesalahan theory Farlen). Tetapi kenapa sehingga pada banyak kasus, PRIA TAMPAN (walaupun mereka memburu) tidak mendapatkan WANITA CANTIK? Pertanyaan tersebut masih menjadi misteri, sampai pada hari Jumat malam ketika saya mengetik ini. Seperti biasa, saya sendirian, dan seperti kata Schopenhauer, “Ide besar selalu dimiliki oleh pikiran yang kesepian.”
Ketika membaca theory permainan John Nash (yang saya tidak mengerti sedikitpun), saya teringat film “a Beautiful Mind” di adegan dimana John menemukan theory non-cooperative games-nya. John terinspirasi dari kejadian di bar tempat dia dan teman2nya biasa nongkrong, mereka berlima pada saat itu. Pada saat yang sama, masuklah lima wanita, tetapi mata mereka (John dan keempat temannya) semua tertuju pada seorang gadis pirang yang paling cantik. Dan tentu saja, John dan kawan2nya semuannya memasang target pada si wanita yang paling cantik. Tetapi John Nash berpikiran lain; tunggu dulu, jika kita berlima semuanya menginginkan si gadis pirang paling cantik, tidak ada dari kita berlima yang akan mendapatkan satu gadispun. Inilah penjelasannya kenapa; Mereka berlima akan memburu si pirang, dan mereka akan melakukan segala cara sehingga mereka mendapatkan si pirang, termasuk saling fitnah, menusuk dari belakang dan cara keras lainnya. Tetapi itu hanya membuat daya tawar si pirang menjadi lebih tinggi dan daya tawar mereka menjadi rendah, sebagai hasilnya, mereka sendiri yang akan berhenti mengejar dan sipirang yang terlalu gengsi menurunkan tawarannya. Ketika mereka berhenti dengan si pirang, mereka beralih pada empat temannya yang lain. Tetapi tidak ada perempuan yang mau diduakan (kecuali wanita kegatalan). Sehingga, mereka berempatpun (para gadis) akan menjauh dari tawaran mereka berlima (John Cs). Hasil akhir dari permainan ini adalah, tidak ada satupun yang mendapatkan siapapun, semuanya mengalami rugi besar. Solusi Nash adalah, mereka berlima sedari awal sudah menentukan siapa yang akan mereka kejar, dan bukanya bersaing untuk mendapatkan yang paling cantik. Tetapi solusi Nash malah dianggap oleh teman-temannya sebagai usaha Nash untuk mendapatkan si pirang paling cantik. Tetapi dalam film tersebut, tidak ditunjukan hasil akhir dari perburuan di-bar tersebut, tetapi kita tahu bagaimana Nash mendapatkan ilham atas maha-karyanya yang terbesar; Non-Cooperative Game.
Dari contoh diatas, tampaknya kita bisa mengaply theory ini untuk menjawab pertanyaaan yang memusingkan saya dan Farlen. Mari kita kembali pada permainan diatas. Dalam permainan perburuan ini, kita asumsikan bahwa P lah yang memburu W (jarang lo rumput cari kuda). PRIA TAMPAN akan memburu wanita yang paling cantik diantara WANITA CANTIK. Tetapi sementara mereka berburu, mereka salingbersaing. Pada saat mereka bersaing, daya tawar mereka makin rendah, dan karena permintaan (D) akan wanita paling cantik naik, sedangkan supplynya tetap, harga (daya tawarnya) pun, naik, jadilah dia jual mahal. Merekapun akhirnya berhenti dalam perburuan terhadap wanita paling cantik, karena tiga alasan, pertama; kejenuhan untuk mengejar, kedua, karena daya tawar mereka yang sudah menjadi rendah karena persaingan, ketiga, karena daya tawar wanita paling cantik yang sudah terlalu tinggi karena diuber-uber. Ketiap para Pria Tampan ini berpaling kepada wanita cantik lain (tercantik ke-2 dst.,) tentu saja tidak ada yang mau diduakan, sehingga mereka (para WANITA CANTIK) berpaling dari para PRIA TAMPAN. Tidak ada pilihan lain, terpaksalah para PRIA TAMPAN memilih para WANITA KURANG CANTIK. Posisi keterpaksaan juga dialami oleh si wanita yang paling cantik. Dia sudah kehilangan para fansnya. Tetapi mau-tidak-mau, dia harus mendapatkan pria, karena dua alasan utama, pertama, kebutuhan utamanya akan pria, dan kedua; potensi alaminya harus digunakan dan tidak boleh disia-siakan. Tetapi sudah tidak ada PRIA TAMPAN lagi yang available, mungkin ada tetapi banyak yang sudah terlampau jenuh dan muak karena dulu mereka tidak di indahkan. Sehingga yang available untuk para WANITA CANTIK sekarang adalah para PRIA KURANG TAMPAN. Nah, karena para WANITA CANTIK masih punya bargaining power yang lumayan tinggi sekarang, tentu saja mereka harus mencari yang terbaik diantara para PRIA KURANG TAMPAN (Best from the worst lah istilahnya). Dan saat inilah ketika uang (dan usaha, karier, kemampuan persuasi/lebay, jabatan, gelar akademis, dll) berbicara. Para PRIA KURANG TAMPAN tentu saja tidak ada modal biologis (ketampanan) yang bisa diandalkan, tetapi mereka punya faktor lain yang bisa mendukung. Ketika faktor biologis juga sudah tidak berbicara dalam persaingan para pria kurang tampan ini, maka faktor lain yang berbicara, money matters. Demikianlah, para wanita cantik harus memilih yang paling kaya diantara para Pria Kurang Tampan. Inilah jawaban kenapa banyak PRIA TAMPAN mendapatkan WANITA KURANG CANTIK, dan PRIA KURANG TAMPAN (yang tajir utamanya) mendapatkan WANITA CANTIK.
Tentu saja kejadian ini tidak terjadi setiap saat, tetapi secara theory permainan scenario ini sangat mungkin terjadi. Memang untuk diterima secara akademis, kita perlu menjabarkannya dalam perhitungan matematika, tetapi karena saya kurang mampu, terimalah pemikiran ini apa adanya, lagipula saya pikir masuk akal juga. Tetapi anda bisa menyanggah kalau ternyata asumsi saya salah. Tetapi saya rasa, ketidak cocokan dalam hal ketampanan dan kecantikan adalah hal yang baik bagi umat manusia. Hal ini memastikan variasi genetic manusia tersebar lebih merata. Saya ingat Herold dulu pernah bilang bahwa setiap generasi, manusia semakin tampan dan cantik. Saya tidak tahu apakah ini benar (melalui studi empiris), tetapi kalau secara observasi kasat mata, memang demikian. Dan menurut saya penyebabnya adalah penyempurnaan gen kurang cantik di satu pribadi, oleh pasangannya. Seperti kita tahu, ketika cetak biru diri kita disusun (setelah pembuahan), maka kode penyusunan tubuh kita, selalu memilih yang terbaik. Hal ini untuk memastikan bahwa kita menjadi makhluk yang lebih baik. Contoh, ketika gen Ayah saya menghasilkan anak tangan buntung, maka gen ibu saya akan melengkapi ketidak sempurnaan ini, sehingga terciptalah saya yang bertangan sempurna. Nah, menurut saya, terciptanya manusia yang lebih tampan dan cantik, disetiap pergantian generasi, karena penyempurnaan gen yang terjadi pada setiap pasangan. Yang tidak terlalu baik, disempurnakan oleh yang baik.
Anyway, keindahan fisik bukanlah segalanya. Beruntunglah kita manusia karena diri kita bukanlah sekedar tubuh fisik saja. Kita jauh lebih hebat dari itu. Kita adalah makhluk yang merupakan perpaduan antara badaniah dan karakter (psikis). Kita tak bisa memilih seperti apa DNA kita (Jerome sering menyebut pria-pria tampan sebagai para manusia yang menang lotere DNA, alias DNA mereka menyusun wajah mereka lebih tampan), kita tidak bisa memilih apakah kita cantik atau tampan, jelek atau lumayan, lahir dari keluarga kaya atau miskin (some children are born with the silver spoon, begitu kata Jerome). Tetapi kita yang memilih karakter kita masing-masing. Jujur atau pembohong, jahat atau baik, pemberi atau kikir, licik atau tulus, adalah pilihan masing-masing pribadi. Dan saya rasa, pembentuk utama manusia adalah Karakternya. Dan kalau anda memang sudah dilahirkan jelek (seperti saya), jangan buat karakter anda lebih jelek. Itu sama saja dengan bunuh diri dalam persaingan evolusi untuk mencari pasangan.
Friday, August 26, 2011
Tesis terbaru: Hasil Non-cooperative competition terhadap ketidak-setimbangan level kecantikan yang terjadi pada beberapa pasang
oleh Juan Mahaganti pada 25 Mei 2009 jam 15:50
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment