Thursday, December 13, 2012

Lembaga Terkorup di Negeri Ini: Rakyat



“Setiap bangsa memiliki pemerintah yang pantas untuk mereka miliki” –Joseph De Maistre- 
"Allah tidak akan mengubah keadaan suatu bangsa sebelum mereka mengubah dirinya sendiri." - Al Quran

Ketika para pendiri negara Amerika Serikat berkumpul untuk mendirikan Negara baru mereka, mereka harus memilih jenis pemerintahan apa yang harus mereka bangun. Mereka memutuskan untuk menjadikannya sebagai demokrasi republik, dimana kekuasaan ada pada rakyat dan bukan seseorang dan sekelompok orang. Ini adalah pencapaian besar dalam kebudayaan umat manusia, karena selama ribuan tahun kita menganggap bahwa pemerintahan oleh satu atau sekelompok orang adalah lebih baik dari pada pemerintahan oleh rakyat. Ketika mereka akhirnya bubar, salah seorang dari mereka dicegat oleh seorang wanita tua yang sedang menunggu hasil konvensi tersebut. Orang tersebut adalah Benjamin Franklin, yang wajahnya dapat anda lihat di lembaran uang US$ 100. Wanita tersebut bertanya; “Tuan Franklin, pemerintahan jenis apa yang kalian berikan bagi kami?” Jawab Franklin, “Sebuah Republik Nyonya, jika kalian bisa mempertahankannya.”

Apa maksud pernyataan Franklin ini? Franklin ingin menegaskan bahwa republik yang demokratis hanya bisa ada jika rakyatnya mampu memepertahankannya. Demokrasi ini hanya bisa bertahan jika rakyatnya mau memilih perwakilan dan pemimpin pemerintahannya, dan yang utama, memilih karena mereka tahu dan mendidik diri mereka sendiri tentang apa yang terbaik bagi masyarakatnya, aktif dalam politik, mengetahui apa alasan berdemokrasi dan kenapa kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat itu penting bagi berlangsungnya masyarakat yang beradab, berkeadilan, dan berkembang. Jika rakyat tidak mampu melakukannya, maka rakyat tersebut, sebagaimana kata filsuf Perancis De Maistre, akan mendapatkan pemerintah yang mereka pantas dapatkan.

Sekarang, mari kita lihat kekacauan yang melanda bangsa kita ini. Lembaga yang menjadi dasar demokrasi kita -  Parpol dan DPR – dan lembaga yang menjadi dasar penegakan keadilan –Kepolisian dan Kehakiman, adalah diantara lembaga yang paling korup. Hal ini bukan saja menghancurkan sendi-sendi demokrasi tetapi menjadi pembuka jalan pada lebih banyak dosa seperti ketidakadilan, pelanggaran hak, dan kemiskinan yang meraja lela. Dan dalam hal ini kita mulai mencari-cari kambing hitam, siapa yang paling dipersalahkan. Beberapa menyalahkan sistem ekonomi kapitalisme, yang lain menyalahkan bangsa asing. Ada yang menyalahkan sistem demokrasi itu sendiri yang melahirkan para pejabat busuk, bahkan ada yang dalam kondisi ekstrim mulai berpikir bahwa Dewan Perwakilan Rakyat dibubarkan saja dan kita kembali menjadi tirani. Bahkan yang lebih ekstrim, kita menerima bahwa sudah takdir kita menjadi bangsa korup, dan korupsi adalah (bayangkan) BUDAYA yang sudah ada di DNA setiap orang Indonesia.

Tentu saja, jika kita lihat kembali pernyataan Franklin dan Maistre, maka yang paling bisa benar yang harus kita persalahkan adalah rakyat kita sendiri. Meminjam kata-kata komedian George Carlin, para politisi dilahirkan dari bangsa itu sendiri, dibesarkan oleh orang tua sebangsanya, dididik oleh sistem pendidikan bangsa itu sendiri, dan dipilih oleh rakyat bangsa itu sendiri, demokrasi bekerja seperti komputer; GIGO, Gold in, Gold out (emas anda berikan, emas anda dapatkan), Garbage in, Garbage out (anda berikan sampah, hasilnya sampah). Sehingga mungkin saja bukan pemerintahnya yang memang korup, mungkin yang paling korup dari semuanya adalah rakyat yang memilihnya.

Jika anda memilih seorang bupati atau anggota DPR karena uang sebesar Rp. 100,000 atau 1 juta dan paket sembako, maka serendah itu lah kualitas pemimpin anda. Jika anda adalah orang yang tidak mau tahu, egois, dan tanpa pandangan jangka panjang, maka anda akan memilih pemimpin yang tidak mau tahu, egois dan tanpa program jangka panjang. Jika anda adalah pemilih yang tidak peduli siapa yang akan anda pilih sebagai pemimpin asalakan calon memberi anda sedikit uang, sebongkah janji kosong dan sepaket sembako, maka anda akan mendapatkan pemilih yang tidak peduli apakah anda menjadi melarat asalkan dia sudah menyumpal akal sehat anda dengan sebongkah janji kosong dan iming-iming murahan. Jika anda memilih hanya karena pesan singkat yang beredar tanpa anda menyelidiki lebih lanjut kebenarannya, maka anda akan mendapatkan pemimpin penipu yang dengan mudah membohongi anda dengan senyuman dan kepedulian palsu. Jika anda merasa bahwa uang adalah segalanya, maka anda akan mendapatkan pemimpin yang akan merasa uang adalah segalanya.

Jadi, mungkin saja bukan wakil rakyat yang korup, mungkin saja rakyatnya yang lebih korup. Sehingga jika suatu saat anda melihat kemiskinan dimana-mana dan pada saat yang sama pemimpin anda diberitakan dicurigai menggelapkan uang, jangan langsung angkat suara dan memaki. Carilah sebuah cermin dan lihat, mungkin saja bayangan di cermin itu adalah yang paling layak dipersalahkan karena telah memilih secara asal-asalan, asalkan ada kebagian serangan fajar. Ingat, memilih pemerintah adalah seperti memilih teman, atau pacar, atau sekolah, anda mendapatkan apa yang anda layak dapatkan.

Pesan saya, memilihlah dengan bijak. Setiap uang yang diberi politikus, ambil itu, tetapi jangan memilih karena uang. Karena ketika anda memilih karena uang, berarti anda adalah koruptor secara tidak langsung. Ingat, pemerintah adalah wakil Tuhan di dunia, dan jika pemerintah yang anda pilih itu jahat, anda bukan saja mengorbankan anak cucu anda, anda juga akan mempertanggungjawabkannya di depan Tuhan.

No comments: