Saya
berharap ada seseorang yang mau memberi hadiah untuk sebuah definisi yang baik,
sederhana dan pintar untuk kata “pemerintah”.
Sungguh sebuah
sumbangsih yang begitu besar bagi masyarakat.
Pemerintah!
Apakah dia? Dimanakah dia? Apa yang dilakukannya? Apa yang seharusnya dia
lakukan? Yang kita tahu hanyalah bahwa dia adalah pribadi yang misterius, pribadi
yang paling banyak dituntut, yang paling disiksa, yang paling kelabakan, yang
paling dipuja, yang paling sering dituduh, pribadi yang paling sering dimintai,
lebih dari pribadi manapun di dunia.
Saya tidak
berkenan mengenal siapa pembaca saya tetapi saya berani bertaruh sepuluh
banding satu, jika dia sedang ingin menciptakan surga, dia pasti berpaling pada
pemerintah untuk mewujudkannya.
Dan jika
pembaca adalah seorang wanita; saya yakin dia sangat ingin agar semua keburukan
kesengsaraan manusia disembuhkan, dan dia berpikir hal ini akan dengan sangat
gampang dilakukan, jika pemerintah menanganinya.
Tetapi
sayangnya! Pribadi yang sial ini, sebagaimana Figaro, tidak tahu harus
mendengar yang mana, atau berpaling kemana. Ratusan ribu mulut pewarta dan
suara dari berbagai podium berteriak secara bersamaan-
“Himpunkanlah
buruh dan pekerja”
“Lawanlah kesombongan
dan sikap tirani para kapitalis”
“Buatlah
penelitian tentang kotoran dan telur”
“Sediakanlah
rel kereta keseluruh pelosok negeri”
“Airilah
seluruh dataran”
“Tanamilah
setiap bukit”
“Ciptakanlah
kebun percontohan”
“Dirikanlah
bengkel umum”
“Didiklah
anak-anak”
“Latihlah
orang muda”
“Bantulah
yang lanjut usia”
“Kirimlah
penduduk kota ke pedesaan”
“Samakan
pendapatan setiap usaha”
“Pinjamkanlah
uang tanpa bunga bagi siapa yang ingin meminjam”
“Angkatlah
yang tertindas dimana saja”
“Kembangkan
dan sempurnakanlah kuda tunggangan”
“Sokonglah
kesenian, dan dukunglah musisi, pelukis dan asitek”
“Lindungilah
perdagangan dalam negeri, dan ciptakanlah armada perdagangan”
“Temukanlah
kebenaran, dan tanamlah benih akal sehat di kepala kami. Misi pemeirintah
adalah mencerahkan, membangun, mengembangkan, melindungi, kesucian jiwa para
penduduk.”
“Sedikitlah
bersabar, saudara-saudara” kata pemerintah dalam nada yang memelas. “Aku akan
melakukan apa saja yang memuaskanmu, tetapi untuk hal itu aku membutuhkan
sumber daya. Aku telah menyiapkan perencanaan untuk lima atau enam pajak yang
baru, dan tidak semuanya opresif. Engkau akan lihat bagaimana rakyat akan
dengan senang hati membayarnya.”
Kemudian
munculah seruan itu. “Tentu saja Tidak! Dimana nilai kebaikan dalam melakukan
sesuatu dengan sumber daya? Kenapa? Hal tersebut tidak layak mendapat nama
“Pemerintah”! Karena engkau membuat pajak baru, kami memberhentikan pajak yang
lama. Kamu harus menghentikan;
“Pajak
tembakau”
“Pajak
minuman keras”
“Pajak atas
surat”
“Bea dan
Cukai”
“Pajak
paten”
Di tengah
huru hara ini, sekarang negara ini telah lagi dan lagi berganti pemerintahan,
karena tidak mampu memenuhi semua yang diminta darinya, Aku ingin saat ini
menunjukan sebuah kontradiksi. Tetapi apalah aku ini, bukankah sebaiknya aku
menyimpan hasil pengamatanku ini bagi diriku sendiri!
Aku telah
kehilangan karakterku selamanya! Aku telah dilihat sebagai seorang manusia
tanpa hati dan tanpa perasaan-seorang filsuf yang kering, seorang individualis,
seorang plebian, seorang borjuis, dalam satu kata, seorang ekonom praktis.
Tetapi maafkan aku, seorang penulis yang baik, yang tidak akan berhenti
mengatakan apapun, bahkan untuk sebuah kontradiksi. Bila aku salah, tanpa
keraguan, aku dengan rela untuk menarik kata-kataku. Aku akan senang jika kamu
telah menemukan sebuah makhluk yang begitu pengasih dan tak kenal lelah, yang
disebut pemerintah, yang punya roti untuk setiap mulut, kerja untuk setiap
tangan, modal untuk setiap usaha, dana untuk setiap proyek, minyak untuk setiap
luka, obat untuk setiap penderitaan, nasihat untuk setiap kesusahan, solusi
untuk setiap kerajuan, kebenaran untuk setiap orang pintar, diversi bagi mereka
yang menginginkannya, memuaskan setiap keingin tahuan, koreksi untuk setiap kesalahan,
membebaskan kita dari kebutuhan akan pertimbangan, kebijaksanaan, pengalaman,
keteraturan, cobaan, pandangan jangka panjang, dan aktivitas.
Bukankah
akan luar biasa jika kita menemukan definisi dari makhluk yang luar biasa ini.
Oleh karena itu adalah hal yang luar biasa jika seseorang bisa memberi hadiah
bagi siapa saja yang bisa memberi pengertian apa itu pemerintah dan apa yang
harus mereka lakukan. Tetapi saya yakin sampai saat ini pengertian yang benar
itu belum ditemukan karena lagi dan lagi pemerintah digulingkan oleh rakyatnya
justru karena dia tidak mampu memenuhi tugasnya, yang dicapai justru
sebaliknya.
Aku takut
malah sebenarnya dalam hal ini, kita sedang berada dalam ilusi paling aneh yang
pernah terjadi dalam pikiran manusia.
Manusia
dikutuk untuk selalu menghadapi masalah, untuk memenuhi kebutuhannya. Ada dua
cara memenuhi kebutuhan ini. Pertama adalah dengan memuaskan kebutuhannya oleh
hasil kerja orang lain. Memenuhi kesenangan pribadi dengan kerja keras orang
lain. Inilah asal mula perbudakan, dan penjarahan. Perbudakan telah berakhri,
puji Tuhan. Tetapi satu lagi yang masih tetap ada, kecenderungan kita untuk
hidup nyaman dan melempar masalah ke orang lain. Hal ini tetap ada dengan
sebuah bentuk baru yang menyedihkan yang menunjukan dirinya dalam kehidupan
bersama kita. Sang penindas tidak lagi bertindak memaksakan kekuasaannya secara
langsung terhadap korbannya. Sang tirani dan sang korban tetap ada, tetapi ada
satu pribadi perantara yang muncul diantaranya, yang adalah pemerintah, yang
adalah hukum itu sendiri.
Oleh karena
itu kita semua menaruh klaim kita dalam satu alasan bohong dan
mengaplikasikannya untuk pemerintah. Kita katakan padanya, “Aku tidak puas
dengan proporsi antara hasil kerja dan kenyamananku. Oleh karena itu, untuk
mencapai keseimbangan ini, aku ingin untuk mengambil milik orang lain. Tetapi
ini akan terlalu berbahaya. Bisakah kamu memfasilitasi hal ini? Bisakah kamu
mencari bagiku tempat yang baik? Atau mengecilkan industry sainganku? Atau
mungkin pinjamkan aku modalh yang kamu bisa ambil dari kompetitorku? Bisakah
kamu sekolahkan anakku dengan biaya public? Atau berikan bagiku hadiah? Atau
mengamankan bagiku sejumlah uang ketika aku mencapai usia lima puluh tahun?
Dengan cara ini aku bisa mencapai tujuanku dengan cara yang mudah, karena hukum
telah melakukannya untukku, dan aku akan memiliki keuntungan dari penjarahan,
tanpa resiko atau kehinaan!”
Adalah hal
yang pasti kit asemua meminta hal yang sama dari pemerintah; anda sebagaimana
terbukti, pemerintah tidak bisa memuaskan satu pihak tanpa menambah kerja pihak
yang lain, sampai aku bisa mendapatkan sebuah definisi resmi dari kata
pemerintah Aku merasa berhak untuk memberi pengertianku sendiri. Siapa tahu
mungkin bisa mendapatkan hadiah: Inilah dia:
Pemerintah
adalah suatu kebohogan besar dimana setiap orang berusaha hidup dari kerugian
orang lain.
Tentu saja
banyak dari kita tidak setuju akan sentiment negative ini. Tetapi ilusi yang
begitu besar dari masyarakat berusaha membenarkan dirinya. Tetapi apakah kita
ini jika kita berpikir bahwa penjarahan untuk memberi menjadi kurang derajat
penjarahannya karena untuk memberi; kejahatan tidak menjadi kurang jahat
walaupun itu dilakukan secara legal dan dalam kerangka aturan; itu tidak
menambahkan kebaikan umum, malah menghilangkannya, karena kita menggunakan
sebuah alat yang mahal bernama pemerintah. Sebuah alat penjarahan: pemerintah,
dan setiap kelas masyarakat datang padanya dan berkata; “hai engkau yang mampu
mengambil secara adil dan jujur, ambilah dari masyarakat, dan kami akan
mengambil bagian.” Sayangnya pemerintah begitu tergodanya akan godaan setan
ini, karena dia terdiri atas para PNS dan Pejabat- para manusia, yang sebagaimana manusia lainnya, menginginkan
dalam hatinya untuk selalu mencari kesempatan untuk memperbanyak kekayaan dan
pengaruhnya. Pemerintah tak pernah pelan dalam mengambil keuntungan yang
didapatkan dari bagian yang dipercayakan masyarakat baginya, karena bagian yang
begitu besar akan diambil untuk dirinya sendiri; dia akan melipat gandakan
agen-agennya; memperbesar lingkaran kekuasaannya; dan akan berakhir dalam
proporsi yang menghancurkan masyarakat. Demikianlah hasrat jahat kita semua,
menciptakan alat jahat ini bagi diri kita sendiri. Saya yakin pembentukan
pribadi pemerintah seperti ini telah, sebagaimana pada masa lalu, dan akan
menjadi lahan yang subur untuk kekacauan dan revolusi. Ada rakyat di satu sisi
dan pemerintah disisi yang lain. Yang satu punya hak untuk mengambil dari yang
lain. Apa yang menjadi konsekuensinya? Pemerintah punya dua tangan, tangan
untuk mengambil dan tangan untuk memberi, tangan yang kasar dan tangan yang
halus. Pekerjaan tangan yang halus, tidak bisa dilakukan sebelum tangan yang
kasar. Tangan yang mengambil harus bekerja sebelum tangan yang memberi. Tetapi
sialnya, pemerintah bisa mengambil tetapi belum tentu bisa memberi. Ini
terbukti dan bisa dijelaskan dalam sejarah bagaimana tangan mereka yang begitu
punya daya menyerap, yang selalu menahan sebagian, dan sering kali seluruhnya,
dari apa yang mereka sentuh. Tetapi satu hal yang pasti, yang akna selalu
terjadi, pemerintah tidak pernah bisa memberi bagi masyarakat lebih banyak dari
pada yang bisa dia ambil. Oleh karena itu, adalah hal yang begitu bodoh bagi
kita untuk datang padanya dengan sikap seorang pengemis. Adalah hal yang sangat tidak mungkin baginya untuk memberi
kebaikan bagi seseorang yang adalah bagian dari masyarakat, tanpa melukai
masyarakat secara keseluruhan.
Sehingga,
masyarakat punya dua harapan, dan pemernitah punya dua janji: kesejahteraan
yang berlimpah dan tanpa pajak. Janji dan harapan yang saling bertentangan,
tidak akan pernah terwujud.
Nah,
bukankah ini penyebab semua revolusi? Karena antara pemerintah dengan segala
janji yang tidak mungkin dia laksanakan, dan rakyat dengan segala harapan yang
tidak mungkin tercapai, dua kelas yang kemudian saling berhadapan.
Sempatkan
diri untuk membaca janji para politisi: Beras murah, minyak murah, sekolah
gratis, ini gratis, itu gratis, sembako murah, dll, seakan-akan segala hal bisa
jatuh dari langit. Visi dan misi yang begitu panjang, seakan-akan membebaskan
mereka dari sebuah kenyataan dasar hidup; kamu harus mengerjakan segala hal
yang kamu inginkan.
Well, saya
ingin bertanya bagi para pembaca, bukankah ini sebuah kekanak-kanakan, dan
lebih dari itu, kekanak-kanakan yang berbahaya? Jika ini yang terjadi, kita
akan selalu ada dalam revolusi yang tidak akan ada habisnya, jika kita tidak
punya keinginan untuk terbangun dari mimpi dan sadar akan kontradiksi ini dan
menghadapi kenyataan; “tidak mau memberi bagi pemerintah dan berharap banyak
dari padanya”.
Saudara-saudara,
sampai kapan kita akan berada dalam ilusi ini dan hidup dalam system. Orang
yang hidup dalam sistem ini adalah orang-orang yang menipu diri mereka sendiri,
karena mereka hidup dalam kontradiksi dan kekanak-kanakan. Kali ini saya ingin
menawarkan sebuah sistem politik baru, dimana setiap warga negara bertanggung
jawab atas dirinya, dan dihargai berdasarkan apa yang dia kerjakan. Yang
pemerintahnya adalah pemerintah yang menyatukan warganya, bukan menjadi alat
untuk menjarah satu dengan yang lain. Tetapi pemerintah yang mengamankan
masing-masing atas miliknya, dan yang menegakan keadilan dan ketentaraman.
Saya ingin
mengutip dari kata-kata president Amerika Serikat, Ronald Reagan dalam pidato
pelantikannya: Pemerintah bukanlah solusi masalah kita, pemerintah adalah
masalahnya. Bukan maksudku untuk menghilankan pemerintah, tetapi membuatnya
bekerja, bekerja dengan kita, bukan diatas kita. Bekerja disamping kita bukan
menggiring dari belakang.
Catatan: 2 paragraf terakhir bukanlah terjemahan langsung dari Frederic Bastiat, tetapi ditulis oleh saya sendiri :D karena harus cepat2 untuk presentasi. Sisanya murni tulisan Bastiat, kalu ingin yang lengkap silahkan baca yang aslinya dalam bahasa Inggris...